MASALAH GIZI UTAMA DI INDONESIA
SELAMAT DATANG DI E LEARNING GIZI DALAM KESEHATAN & PENYAKIT KELAS KONVERSI DALAM POKOK BAHASAN MASALAH GIZI UTAMA DI INDONESIA
SILAKAN MENGISI KEHADIRAN DAN MENJAWAB PERTANYAAN PADA TUGAS DI SLIDE TERAKHIR PERTEMUAN INI! (ISI PADA KOTAK KOMENTAR)
UNTUK MELIHAT MATERI, KLIK DI SINI!
SILAKAN MENGISI KEHADIRAN DAN MENJAWAB PERTANYAAN PADA TUGAS DI SLIDE TERAKHIR PERTEMUAN INI! (ISI PADA KOTAK KOMENTAR)
UNTUK MELIHAT MATERI, KLIK DI SINI!
Sulistri Atmasari
BalasHapusNPM 16410062P
Hadir
Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya “salah satuya” adalah KEP atau yang biasa orang awam sebut gizi buruk, baik marasmus, kwarshiorkor maupun campuran keduanya. Tidak mudah untuk menuntaskan kasus tersebut dikarenakan perlu bantuan lintas sektor terkait mengingat faktor penyebabnya bukan hanya dari lingkup kesehatan. Namun sektor-sektor tersebut masih beranggapan bahwa kasus gizi buruk merupakan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh orang kesehatan sendiri, masalah tersebut ditambah dengan adanya pemangku kebijakan yang enggan mengekspose kasus tersebut dengan alasan kinerjanya akan dinilai buruk, padahal dengan menyembunyikan kasus gizi buruk justru menyebabkan gizi buruk dan keluarganya tidak akan mendapatkan bantuan dari orang lain karena tidak diketahui.
Intervensi yang sudah dilakukan dari sudut pandang kesmas antara lain :
- Melakukan pertemuan kemitraan lintas program/sektor SKPD terkait (Program Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan, Bappeda, Badan KB & Pemberdayaan Perempuan, Dinas Koperindag, Dinas Sosial, Badan Ketahanan Pangan, PKK, dsb.) dalam rangka penanggulangan gizi buruk dengan memaparkan: penyebab gizi buruk, angka gizi buruk di kabupaten, foto/dokumentasi, penanggulangan yang dapat dilakukan. Setelah dipaparkan mengenai informasi bahwa gizi buruk tidak bisa ditanggulangi oleh sektor kesehatan sendiri maka SKPD terkait dapat membuat kesepakatan visi, misi dan tujuan
- Dukungan advokasi : membuat SK Tim Penanggulangan Gizi Buruk dimana anggotanya terdiri dari SKPD terkait, dukungan menganggarkan bantuan dari masing-masing SKPD, melalui pemangku kebijakan
- Setiap adanya Kasus Gizi Buruk, Tim Penanggulangan Gizi Buruk turun untuk mengatasi masalah utamanya dengan bantuan dari masing-masing program/SKPD
- Penyuluhan kesehatan misalnya ASI Eksklusif, PHBS, menginformasikan pentingnya hadir di posyandu yang sudah mulai ditinggalkan orang sebagai wadah deteksi dini berat badan/tumbuh kembang anak, pemberdayaan dengan pelatihan pembuatan makanan dengan bahan pangan lokal, serta pendampingan gizi buruk oleh kader dan tenaga kesehatan.
Pencapaiannya :
1. Tim penanggulangan Gizi Buruk yang beranggotakan lintas sektoral sudah berjalan dan menyadari pentingnya partisipasi mereka dalam membantu keluarga & balita KEP tersebut dengan memberikan bantuan pada setiap kunjungan misalnya :
- Program Penyehatan Lingkungan dapat membuatkan jamban sehat dan sumber air bersih
- Badan Ketahanan Pangan dapat memberikan bantuan beras
- Dinas Sosial dapat membedah rumah tidak layak dan membantu aktivasi BPJS
- Dinas Koperindag dapat melatih keterampilan ibu balita seperti menyulam tapis maupun memasukkan kepala keluarga kepada usaha kelompok kecil di daerahnya seperti pembuatan genteng sebagai usaha pemberdayaan untuk meningkatkan keterampilan dan pemasukan ekonomi
2. Angka gizi buruk menurun dari 9 kasus menjadi 3 kasus pada tahun 2016
Rini Budiarti
BalasHapusNpm:16410055P
Masalah gizi diwilayah puskesmas mulya asri adalah gizi kurang kegiatan yang telah dilakukan untuk memperbaiki antara lain:
1. Penimbangan bayi balita setiap bulan
2.pemberian PMT kepada bayi dan balita tersebut
3. Pengawasan untuk pemberian PMT supaya benar benar dikomsumsi oleh bayi atau balita kurang gizi
4.pemberian bantuan untuk meningkatkan pendapatan orang tua dengan pemberian hewan ternak agar dapat dikembang biakan dan hasilnya diharapkan dapat dibelikan bahan makanan untuk si bayi dan balita tersebut.
5. Penyuluhan tentang gizi seimbang
Pencapaian :
1.ada peningkatan BB pada bayi dan balita tersebut
2.berkurangnya jumlah bayi atau balita gizi kurang
Namun masih ada juga yang belum membaik BB belum terjadi peningkatan.oleh faktor ketidaktahuan ibu dan keluarga tentang gizi seimbang.
Rini afrita
BalasHapusNpm. 16419954P
Hadir
1. Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya yaitu Puskesmas Ogan Lima Kec. Abung Barat Kab. Lampung Utara yaitu Anemia pada ibu hamil dimana pada tahun 2016 dari 14 desa wilayah kerja terdapat sekitar 18 bumil yang masih dikategorikan anemia (kadar HB < 11gr% pada TM I dan TM III) dari 410 jumlah seluruh ibu hamil.
Hapus2. Intervensi dari sudut pandang kesmas yang telah dilakukan sekarang :
A. Program pemberian tablet Fe pada siswi SMP dan SMA yang sudah mengalami menstruasi untuk pencegahan awal anemia.
B. Melakukan penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan / ANC minimal 4 kali ( 1 kali pada TM1, 1 kali pada TM II, dan 2 kali pada TM III) selama kehamilan.
C. Melakukan penyuluhan pentingnya minum tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan untuk pencegahan anemia dan pencegahan perdarahan selama persalinan.
D. Melakukan pemeriksaan ANC terpadu oleh tenaga kesehatan (bidan) yaitu 10 T pada ibu hamil di wilayah kerja yang berkaitan dengan penegakan diagnosis anemia yaitu pengukuran LILA dan pemeriksaan HB ibu hamil pada TM I dan pada TM III.
E. Home care atau kunjungan rumah untuk semua ibu hamil yg drop out (DO) ANC untuk pemeriksaan HB.
F. Jika di temukan bumil yg HB < 11 gr% pada pemeriksaan kehamilan TM I dan TM III, dilakukan pemantauan dan observasi HB setiap 2 minggu dengan pemberian tablet Fe di lanjutkan, di anjurkan banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat besi.
G. Jika setelah dilakukan intervensi HB mssih tetap rendah, maka ibu hamil di RUJUK ke faskes yang lebih tinggi atau rujuk ke dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut bahkan di lakukan transfusi darah jika HB sangat rendah.
3. Pencapaian :
1. Setelah di lakukan intervensi di atas pada evaluasi program akhir tahun 2016 dari ibu hamil yang di diagnosa anemia pada TM I kadar HB meningkat karena intervensi dan pencegahan yang lebih dini.
2. Persentasi kejadian anemia tahun 2016 menurun di bandingkan tahun 2015 kemaren dari 33 ibu hamil yg anemia menurun menjadi 18 ibu hamil (17 ibu hamil kadar HB naik jadi normal dan 1 di rujuk)
3. Dengan menurunnya angka kejadian anemia, maka :
A. Angka Kematian Ibu /AKI yg di akibatkan perdarahan saat persalinan (hemorrage antepartum/HAP) dan perdarahan setelah persalinan (hemorrage postpartum/HPP) juga menurun
B. Angka kejadian BBLR ikut menurun
C. Angka Kematian Bayi /AKB juga menurun
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusARI HIDAYAT
BalasHapusNPM. 16410028P
HADIR
Eko Triono
BalasHapusNPM. 16410039P
Hadir,, Bu,,
NAMA : DEVIE ADRIANA INDHASYARI
BalasHapusNIP : 16410035P
KONVERSI 2016-2017
HADIR.....
MASALAH GIZI UTAMA DI INDONESIA
Masalah Gizi yang masih terus ada diwilayah kerja saya Kabupaten Pringsewu saat ini adalah Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil. Meratanya setiap wilayah kerja Puskesmas yang ada di kabupaten saya memberikan data anemia ibu hamil yang terjadi setiap bulannya menunjukkan bahwa anemia zat besi pada ibu hamil ini merupakan satu masalah yang serius. Berbagai kegiatan telah dilakukan antar program dan lintas sektoral untuk menuntaskan masalah ini, belumlah menunjukkan hasil yang maksimal.
Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang telah dilakukan antara lain :
- Lintas Program : KIA-GIZI telah melakukan ANC bersama untuk pendataan yang akurat terhadap setiap ibu hamil yang ada diwilayah kerja Puskesmas. Diharapkan dengan terdatanya semua ibu hamil yang ada maka pelayanan kesehatan akan lebih maksimal dilakukan. Anemia zat besi pada ibu hamil juga langsung bisa diketahui dan langsung diberikan edukasi serta penanganan khusus terhadap ibu hamil dengan anemia zat besi.
- Kegiatan Program Gizi di Puskesmas denga pendanaan Dana BOK sangat membantu, Tenaga Gizi memanfaatkannya dengan membuat program pengawasan minum TTD (Tablet Tambah Darah)dengan memberdayakan kader dimasing-masing pekon dalam pengawasan minum TTD Terhadap ibu hamil yang Anemia zat besi. Salah satu faktor penyebab kematian karena pendarahan yang ditemui pada ibu saat melahirkan bahwa didapatkan TTD tersebut tidak diminum sampai 90 tablet selama kehamilan.
- Lintas Sektor : Pemberian tablet tambah darah pada Rematri di Institusi Pendidikan.
Dua Tahun terakhir ini, Dinas Kesehatan kabupaten Pringsewu melaksanakan penyuluhan dan pemberian tablet tambah darah bersama Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata. Pemberian Zat Besi/TTD dilaksanakan pada Remaja Putri di seluruh SLTP Sederajat dan SLTA dari Sederajat di Kabupaten. Adanya edaran resmi dari Kemenkes RI dan Kepala Dinas Kesehatan Lampung dalam program ini bertujuan meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai terjadinya stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dan produktif. Rematri harus mengkonsumsi 1 Tablet/minggu jd selama setahun setiap rematri mengkonsumsi 48 tablettambah darah/zat besi.
- Adanya PP NO. 51 Tahun 2016 tentang suplemaen gizi merupakan suatu kebijakan yang dibuat untuk memperkuat tentang suplemen gizi yang harus diberikan dalam masyarakat. Salah satunya ada Tablet Tambah Darah atau Zat Besi.
Pencapaian :
- Capaian pemberian TTD/Zat Besi pada Rematri Kab. Pringsewu ditahun 2016 ini adalah 64,01% meningkat dari tahun 2015. Dengan adanya kerjasama lintas sektor dengan Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwista ini diharapkan dalam tahun-tahun berikutnya semua rematri mengkonsumsi TTD ini.
- Pendanaan program seperti dana BOK ini memberikan manfaat besar terhadap program KIA-GIZI dalam membantu penuntasan Anemia zat besi.
Masalah gizi yang ada di wilayah kerja kami, yaitu di puskesmas Yosomulyo Metro,masih ditemukannya balita dengan kondisi gizi buruk, dimana pada beberapa kasus , ditemukannya kasus tersebut berasal dari penduduk pendatang yang mengontrak rumah di wilayah binaan puskesmas
BalasHapusUntuk intervensi dari susut pandang Kesmas dan juga program yang selama ini telah dijalankan, kegiatan Posyandu dan kegiatan lintas sektor dalam rangka mengatasi dampak negatif masalah kekurangan gizi, telah rutin dilakukan
Seperti,
1. Penimbangan Balita, Pengukuran lingkar kepala dan tinggi badan Balita di Posyandu
2. Pembagian MP ASI
3. Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan bumil
4. Penyuluhan tentang gizi seimbang, baik di Posyandu maupun di Puskesmas
5. Koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk mengidentifikasi masalah-masalah gizi yang ada diwilayah masing-masing
Untuk keseluruhan program tersebut diatas , hampir semuanya telah dilakukan sesuai jadwal dan pencapaiannya semakin baik
1. Balita dengan gejala gizi buruk dapat segera teridentifikasi dan dilakukan tindakan segera, karena keteribatan masyarakat yang tanggap terhadap masalah tersebut
2. Program MP ASI dan kegiatan lain di Posyandu berjalan dengan baik, dan bisa memonitor tumbuh kembang balita yang rutin datang ke posyandu,
3. Balita yang sering absen ke Posyandu, dilakukan sweeping oleh kader
ERNI MURTIANINGSIH
BalasHapusNPM 16410040P
HADIR BU....
1. Masalah Lingkungan Gizi pada umumnya merupakan Permasalahan dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu :
- Penyebab langsung, Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit
- Penyebab tidak langsung, disebabkan oleh :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung diprediksi sebagai pokok masalah di masyarakat. Sedangkan akar masalahnya berupa kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan. Keadaan tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Masalah gizi adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.
2. Peningkatan Kualitas hidup manusia melalui gizi dan pencegahan primer dan sekunder merupakan salah satu pendekatan gizi dalam masyarakat, dalam hal ini dapat dilakukan dan dilihat dari status kesehatannya, Dimana masyarakat/pribadi yang sehat, dapat berpeluang mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik secara umum mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara seimbang, baik jasmani, rohani, mempunyai angka harapan hidup yang tinggi, produktif dan banyak lain halnya
HapusPendekatan Gizi Kesmas dalam rangka peningkatan kualitas hidup dapat dilakukan dengan cara :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini merupakan upaya agar masyarakat yang berada dalam keadaan sehat tidak jatuh dalam keadaan sakit, melalui usaha mengontrol dan mengatasi factor resiko dengan sasaran utamanya adalah orang sehat melalui promosi kesehatan. Pencegahan tingkat pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis. Langkah-langkah pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan spesifik (specifik protection) terhadap orang maupun lingkungannya. Penerapan pencegahan primer pada program kesehatan masyarakat dapat dilihat melalui program PKM (pendidikan kesehatan masyarakat), program P2M (pemberantasan penyakit menular) dilakukan melalui kegiatan imunisasi dan pemberantasan vektor. Program kesehatan lingkungan dengan menjaga agar lingkungan tidak membahayakan kesehatan dan tidak memungkinkan berkembangnya vektor dan bibit penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah usaha diagnosis dini atas suatu keadaan yang bertujuan agar dapat dilakukan terapi pada tahap awal gangguan.
terdiri dari penemuan kasus secara dini dan pengobatan yang tepat. Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat dapat dikaji melalui program gizi melalui penimbangan anak balita, program kesehatan ibu dan anak melalui deteksi dini faktor risiko gangguan dan kelainan kehamilan pada Ibu Hamil.
3. Pencapaian dalam mengatasi masalah gizi ini telah dilakukannya
- Kegiatan posyandu rutin salah satunya yaitu : Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) Pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan melalui penimbangan berat badan secara teratur dan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) berfungsi sebagai instrumen penilaian pertumbuhan anak dan merupakan dasar strategi pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sejak awal 1980-an. Pemantauan pertumbuhan mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yang pertama adalah sebagai strategi dasar pendidikan gizi dan kesehatan masyarakat, dan yang kedua adalah sebagai sarana deteksi dini dan intervensi gangguan pertumbuhan serta entry point berbagai pelayanan kesehatan anak seperti imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, pencegahan diare, dan sebagainya untuk peningkatan kesehatan anak.
- Perawatan gizi buruk dilaksanakan melalui prosedur rawat inap dan rawat jalan. Bagi anak-anak gizi buruk yang disertai komplikasi medis 21 dapat dirawat di puskesmas, rumah Sakit, dan Therapeutic Feeding Centre (TFC), sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak di rumah dilakukan melalui pembinaan petugas kesehatan dan kader. Pencapaian indikator kinerja ini dipengaruhi antara
SITI RAHAYU
BalasHapusNPM 15410016
Kesmas Kelas Khusus
Hadir
1. Salah satu masalah gizi yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Metro adalah anemia gizi besi Upaya peningkatan gizi ibu hamil khususnya dalam mencegah terjadinya anemia dilakukan dengan pemberian tablet besi pada ibu hamil. Tablet tambah darah (Fe) diberikan kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama periode kehamilannya. Dan adanya program dari Pemerintah tentang pemberian tablet tambah darah pada remaja putri
2. Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang telah dilakukan antara lain :
Lintas Program :
- Seksi Gizi dengan Instalasi Farmasi : Untuk mennyediaan Tablet Fe , Vitamin A , Mineral Mix .
- Seksi Gizi dengan Seksi KIA : Melakukan ANC bersama untuk pendataan yang akurat terhadap setiap ibu hamil yang ada diwilayah kerja Puskesmas. Diharapkan dengan terdatanya semua ibu hamil yang ada maka pelayanan kesehatan akan lebih maksimal dilakukan.
- Program BOK : Pendanaan program BOK dapat memberikan manfaat besar terhadap program dalam membantu penuntasan Anemia zat besi.
Lintas Sektor :
- Dinas Pendidikan , Kebudayaan , Pemuda dan Olah Raga
Dinas Kesehatan Kota Metro melaksanakan penyuluhan dan pemberian tablet tambah darah pada Remaja Putri di Sekolah sekolah . Pemberian Zat Besi/Tablet Tambah Darah dilaksanakan pada Remaja Putri di seluruh SLTP/ Sederajat dan SLTA / Sederajat . Adanya edaran resmi dari Kemenkes RI dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Lampung dalam program ini bertujuan meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai terjadinya stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dan produktif. Remaja Putri harus mengkonsumsi 1 tablet/minggu jadi selama setahun setiap remaja Putri mengkonsumsi 48 tablet tambah darah/zat besi.
3. Pencapaian :
- Capaian pemberian Tablet Tambah Darah / Zat Besi pada Remaja Putri Kota Metro ditahun 2016 ini adalah 85 % . Dengan adanya kerjasama lintas program ( Instalasi Farmasi ) diharapkan ketersediaan obat mencukupi untuk semua sasaran remaja putri dan kerjasama dengan lintas sektor ( Dinas Pendidikan , Kebudayaan , Pemuda dan Olah Raga) ini diharapkan dalam tahun-tahun berikutnya semua remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah ini.
- Cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil adalah 100 % .
Keriyati
BalasHapusNPM: 16410043P
Hadir
Nama: Ariyani
BalasHapusNPM: 15410004
kesmas kelas khusus
HADIR
1.Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya saat ini adalah masalah gizi kurang,Sudah dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi kurang, mencakup kegiatan Posyandu, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, pemantauan dari rumah ke rumah, demo masak makanan sehat, serta membuka kelas ibu pintar Balita sehat. Namun dari banyak upaya tersebut, masih saja ditemukan Balita dengan kasus gizi kurang.
2. suatu perencanaan gizi yang baik apabila dimulai sejak anak dalam kandungan hingga berumur 2 tahun dan hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi generasi berikutnya hingga 100 tahun kemudian.Pemahaman tentang pentingnya gizi bagi tumbuh kembang anak rata-rata rendah di kalangan orang tua dari Balita gizikurang.
Hal ini merupakan akumulasi dari rendahnya tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi serta lingkungan masyarakat yang kurang kondusif terhadap kesehatan.
Selain itu, terkait dengan tingginya migrasi penduduk yang kebanyakan dilakukan masyarakat dari daerah yang lebih percaya terhadap ’orang pintar’ (dukun) daripada tenaga kesehatan dalam menangani masalah kesehatan.
Berdasarkan hal itu, selain memakai penanganan gizi buruk sesuai program yang dicanangkan oleh Dinas Kesehatan, dan pemberian nutrisi makanan tambahan (PMT) ,pemberian nutrisi (herbal) yang memberi peluang pendekatan sebagai inovasi tradisonal dalam penanggulangan gizi kurang di wilayah Puskesmas bernung.
Selain itu, kita berusaha melibatkan masyarakat dengan penanaman tumbuhan berkhasiat (herbal),serta sayur-mayur di halaman rumah mereka masing-masing.
adapun pencapaiannya di wilayah kerja kami adanya penurunan kasus gizi kurang dari tahun ke tahun .dan peningkatan berat badan balita yang ada di wilayah puskesmas kami.
NAMA:yunita fitriani
BalasHapusNPM :16410064P
HADIR bu
Masalah gizi diwilayah tmpt kerja saya adalah gizi buruk.
Kasus gizi buruk tersebut merupakan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh orang-orang yang mengerti tentang masalah gizi buruk.dengan menyembunyikan masalah kasus gizi buruk justru menyebabkan gizi buruk dan keluarganya tidak akan mendapatkan bantuan dari orang lain dikarenaka tidak diketahui.
Kegiatan yang dilakukan mengenai gizi buruk yang telah dilakukan untuk memperbaiki antara lain:
1.Penimbangan bayi,balita setiap bulan
2.Pemberian bantuan untuk meningkatkan pendapatan orang tua dan pemberian hewan ternak agar dapat dikembang biakan dan hasilnya dapat dibelikan bahan makanan untuk si bayi dan balita.
3.Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan ibu hamil
4.Penyuluhan tentang gizi seimbang baik di posyandu maupun dipuskesmas
Pencapaiannya antara lain:
1.Adanya peningkatan berat badan pada bayi dan balita tersebut
2.Berkurang jumlah bayi atau balita pada gizi buruk dan dapat meningkatkan berat badan pada bayi dan balita tersebut.
NAMA:yunita fitriani
BalasHapusNPM :16410064P
HADIR bu
Masalah gizi diwilayah tmpt kerja saya adalah gizi buruk.
Kasus gizi buruk tersebut merupakan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh orang-orang yang mengerti tentang masalah gizi buruk.dengan menyembunyikan masalah kasus gizi buruk justru menyebabkan gizi buruk dan keluarganya tidak akan mendapatkan bantuan dari orang lain dikarenaka tidak diketahui.
Kegiatan yang dilakukan mengenai gizi buruk yang telah dilakukan untuk memperbaiki antara lain:
1.Penimbangan bayi,balita setiap bulan
2.Pemberian bantuan untuk meningkatkan pendapatan orang tua dan pemberian hewan ternak agar dapat dikembang biakan dan hasilnya dapat dibelikan bahan makanan untuk si bayi dan balita.
3.Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan ibu hamil
4.Penyuluhan tentang gizi seimbang baik di posyandu maupun dipuskesmas
Pencapaiannya antara lain:
1.Adanya peningkatan berat badan pada bayi dan balita tersebut
2.Berkurang jumlah bayi atau balita pada gizi buruk dan dapat meningkatkan berat badan pada bayi dan balita tersebut.
RISVANARIAH
BalasHapusNPM : 16410057P
HADIR
RUSDIYANTI
BalasHapusNPM 15410014 (FKM KHUSUS )
HADIR BU...
Masalah gizi yang ada di wilayah kerja kami, yaitu di puskesmas Raman Utara kab Lampung Timur ,masih ditemukannya balita dengan kondisi gizi buruk dan gizi kurang, dimana pada beberapa kasus ditemukannya kasus tersebut
disebabkan oleh faktor kemiskinan,kurang pengetahuan orang tua tentang masalah gizi dan faktor penyakit bawaan sejak lahir.
Untuk intervensi dari susut pandang Kesmas dan juga program yang selama ini telah dijalankan, kegiatan Posyandu dan kegiatan lintas sektor dalam rangka mengatasi dampak negatif masalah kekurangan gizi, telah rutin dilakukan
Seperti,
1. Penimbangan Balita, Pengukuran lingkar kepala dan tinggi badan Balita di Posyandu
2. Pembagian MP ASI
3. Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan bumil
4. Penyuluhan tentang gizi seimbang, baik di Posyandu maupun di Puskesmas
5. Koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk mengidentifikasi masalah-masalah gizi yang ada diwilayah masing-masing
Untuk keseluruhan program tersebut diatas , hampir semuanya telah dilakukan sesuai jadwal.
Pencapaiannya yang bisa dilihat semakin baik,yaitu :
1. Balita dengan gejala gizi buruk dapat segera teridentifikasi dan dilakukan tindakan segera, karena keteribatan masyarakat yang tanggap terhadap masalah tersebut
2. Program MP ASI dan kegiatan lain di Posyandu berjalan dengan baik, dan bisa memonitor tumbuh kembang balita yang rutin datang ke posyandu,
3. Balita yang sering tidak datang ke Posyandu, dilakukan sweeping oleh kader kerumah masing masing
DEBORA PUJI ASTUTI
BalasHapusNPM 15410017 (FKM KHUSUS)
HADIR
Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja kami, yaitu Puskesmas Labuhan Maringgai Kec.Labuhan Maringgai, Kab. Lampung Timur, ditemukan masalah anemia pada remaja usia sekolah, kondisi gizi buruk dan gizi kurang pada balita, Bumil KEK yang juga masih banyak ditemukan.
Intervensi yang telah dilakukan dari sudut Kesmas adalah bekerja sama dengan pengelola program lain yang ada di puskesmas yaitu program gizi, selama ini telah melakukan kegiatan rutin baik di sekolah - sekolah menengah tingkat pertama dan sekolah menengah atas untuk melakukan penyuluhan pada remaja dan melakukan penjaringan penderita anemia dengan cara memeriksa kadar Hb remaja putri di sekolah. Dari hasil penjaringan tersebut diberikan intervensi berupa pemberian tablet Fe secara rutin setiap bulan. Sedangkan intervensi yang dilakukan untuk balita dan ibu hamil, bekerja sama dengan koordinator KIA baik di unit pelayanan maupun di lapangan yaitu di posyandu, melalui kegiatan penyuluhan baik untuk kader posyandu maupun masyarakat desa, selain itu juga pemberian MP-ASI juga sangat membantu tercapainya peningkatan gizi pada balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Pemberian makanan tambahan untuk bumil KEK juga rutin dilakukan oleh puskesmas yang didanai oleh BOK. Disamping itu koordinasi lintas sektor juga rutin dilakukan, sehingga melalui kerjasama yang baik antara petugas kesmas dan aparat desa dan kecamatan diharapkan akan tercapai hasil yang baik.
Pencapaian sampai saat ini sudah semakin baik, yang dapat dilihat melalui peran serta kader posyandu dan masyarakat yang aktif melaporkan apabila ada balita maupun bumil yang mengalami masalah gizi, terjadi peningkatan kunjungan posyandu dan peningkatan kunjungan kelas ibu, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadaran yang tinggi ini terjadi juga akibat tenaga kesmas yang berperan serta dalam kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan oleh puskesmas melalui berbagai kegiatan lintas program dan lintas sektor.
Rismala Dewi
BalasHapusNPM.16410056P
Hadir....
Sugihati
BalasHapusNpm :16410066p
Hadir
Depi pebriyanti
BalasHapusnpm.16410033.P
Hadir
RISVANARIAH
BalasHapusNPM : 16410057P
HADIR
1. Masalah gizi yang ada diwilayah kerja kami adalah gizi buruk atau masih adanya balita yang kekurangan gizi. Balita ini pertumbuhanya tidak sesuai dengan balita normal pada umumnya. Dengan usia 2 -3 tahun masih belum bisa berjalan dan berbicara, pertumbuhan tidak normal. Semua masalah ini disebabkan oleh faktor ekonomi orang tuanya, dari mulai kehamilan sampai melahirkan, dan sampai proses pertumbuhan, konsumsi makanan/gizi yang dibutuhkan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh balita tersebut. Selain masalah ekonomi juga pemahaman tentang gizi masih sangat rendah sehingga mereka tidak paham/mengetahui asupan makanan/gizi apa saja yang diperlukan ibu hamil dan menyusui yang akhirnya menyebabkan perkembangan anak menjadi tidak normal.
2. Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang sudah dilakukan adalah :
a. Posyandu, dengan mengikuti program posyandu diharapkan ibu-ibu mau membawa bayinya untuk ditimbang dan dicek kondisi perkembangan anaknya
b. Memberikan vitamin atau Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan ibu hamil.
c. Penyuluhan tentang gizi seimbang di puskesmas dan posyandu-posyandu
Putu Suastike
BalasHapusNPM.16410052P
HADIR...
1. Salah satu masalah gizi yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Metro adalah anemia gizi besi Upaya peningkatan gizi ibu hamil khususnya dalam mencegah terjadinya anemia dilakukan dengan pemberian tablet besi pada ibu hamil. Tablet tambah darah (Fe) diberikan kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama periode kehamilannya. Dan adanya program dari Pemerintah tentang pemberian tablet tambah darah pada remaja putri
Hapus2. Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang telah dilakukan antara lain :
Lintas Program :
- Seksi Gizi dengan Instalasi Farmasi : Untuk mennyediaan Tablet Fe , Vitamin A , Mineral Mix .
- Seksi Gizi dengan Seksi KIA : Melakukan ANC bersama untuk pendataan yang akurat terhadap setiap ibu hamil yang ada diwilayah kerja Puskesmas. Diharapkan dengan terdatanya semua ibu hamil yang ada maka pelayanan kesehatan akan lebih maksimal dilakukan.
- Program BOK : Pendanaan program BOK dapat memberikan manfaat besar terhadap program dalam membantu penuntasan Anemia zat besi.
Lintas Sektor :
- Dinas Pendidikan , Kebudayaan , Pemuda dan Olah Raga
Dinas Kesehatan Kota Metro melaksanakan penyuluhan dan pemberian tablet tambah darah pada Remaja Putri di Sekolah sekolah . Pemberian Zat Besi/Tablet Tambah Darah dilaksanakan pada Remaja Putri di seluruh SLTP/ Sederajat dan SLTA / Sederajat . Adanya edaran resmi dari Kemenkes RI dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Lampung dalam program ini bertujuan meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai terjadinya stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dan produktif. Remaja Putri harus mengkonsumsi 1 tablet/minggu jadi selama setahun setiap remaja Putri mengkonsumsi 48 tablet tambah darah/zat besi.
Atika sari
BalasHapusNpm.16410072p
Hadir bu...
Rr.septy marwatiningsih
BalasHapusNpm 16410059P
Hadir bu
Rr.septy marwatiningsih
BalasHapusNpm 16410059P
Hadir bu
Sugihati
BalasHapusNPM :16410066
masalah gizi di puskesmas batanghari kecamatan batang hari kabupaten lampung timur dimana puskesmas wilayahnya masih banyak terdapat balita kurang gizi dan bumil kurang gizi, maka dengan itu puskesmas melakukan penimbangan tiap satu bulan sekali, mengadakan pemberian makan tambahan, serta memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita, dan remaja .
serta mengadakan interfersi dengan lintas sektoral seperti pertanian, perkebunan, pendidikan, agama, peternakan,
untuk menurunkan gizi buruk dan menaikkan berat badan.
selain itu kita juga memberikan sf(tablet tambah darah) mulai dari remaja putri ibu hamil dan ibu bupas.
dan memberdayakan kader kader agar selalu memberikan penyuluhan, agar bisa tercapainya program gizi dan penuntasan anemia
ARYANTI
BalasHapusNPm : 16410029P
Hadir bu
RSUAM provinsi lampung adalah Rs rujukan dari berbagai kabupaten.
RsuAM terutama diruang anak2 banyak sekali pasien yang menderita gizi buruk yang dialamai oleh balita dibawah umu 5 tahun.
Intervensi dari sudut pandang kesmas adalah
a. Memberikan AsI eksklusif selama 6 bln setelah itu anak mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI, pemberian ASI selama anak sampai berumur 2 tahun.
b. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral.
c. Menjelaskan kepada orang tua setelah pulang kerumah untuk rajin datang keposyandu terdekat untuk mengontrol BB dan mengukur TB anak secara rutin.
d. Menjelaskan makanan yang harus diberikan setelah pulang dari RS, karena perilaku yang tidak tepat orang tua dalam penyajian makanan bagi bayi dan balitanya juga menjadi penyebab kurang gizi.
Pencapaian yang dapat diliat semakin baik yaitu:
1. Balita dengan gizi buruk dapat segera dilakukan tindakan, ini disebabkan karena ketanggapan masyarakat terhadap masalah tersebut.
2. Program posyandu berjalan dengan baik dan bisa memonitor tumbuh kembang balita secara rutin.
3. Penyuluhan tentang gizi yang seimbang.
PARADISYA REVIALDAFIA
BalasHapusNPM : 16410051P
HADIR
Di wilayah kerja saya masih terdapat masalah gizi terutama gizi buruk pada bayi/balita, ini dikarenakan asupan gizi yang kurang dan kebutuhan pangan yang susah untuk didapatkan bagi sebagian kalangan.
Intervensi yang dilakukan ialah :
1. Menyatukan tujuan, kebijakan, dan strategi berkaitan dengan gizi dalam pengembangan kebijakan dan program pembangunan nasional
2. Meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga
3. Mempromosikan ASI dan makanan pendamping ASI
4. Mencegah masalah kurang zat gizi mikro
5. Mempromosikan gizi seimbang dan hidup sehat
Pencapaian yang didapatkan :
1. Menghilangkan kelaparan dan kematian akibat kelaparan
2. Menghilangkan berbagai jenis kelaparan dan penyakit yang berhubungan dengan kurang gizi
3. Mengurangi kurang gizi, terutama pada bayi dan balita
4. Mengurangi masalah kurang gizi mikro lainnya, termasuk zat besi
5. Mengurangi berbagai masalah sosial berkaitan dengan peningkatan penggunaan ASI
Rr.septy marwatiningsih
BalasHapusNpm 16410059p
Masalah gizi yang ada diwilayah tempat tinggal saya yaitu puskesmas banjarsari kec metro pusat adalah gizi buruk atau masih adanya balita yang kekurangan gizi. Balita ini pertumbuhanya tidak sesuai dengan balita normal pada umumnya. Dengan usia 2 -3 tahun masih belum bisa berjalan dan berbicara, pertumbuhan tidak normal. Semua masalah ini disebabkan oleh faktor ekonomi orang tuanya, dari mulai kehamilan sampai melahirkan, dan sampai proses pertumbuhan, konsumsi makanan/gizi yang dibutuhkan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh balita tersebut. Selain masalah ekonomi juga pemahaman tentang gizi masih sangat rendah sehingga mereka tidak paham/mengetahui asupan makanan/gizi apa saja yang diperlukan ibu hamil dan menyusui yang akhirnya menyebabkan perkembangan anak menjadi tidak normal.
2. Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang sudah dilakukan adalah :
a. Posyandu, dengan mengikuti program posyandu diharapkan ibu-ibu mau membawa bayinya untuk ditimbang dan dicek kondisi perkembangan anaknya
b. Memberikan vitamin atau Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan ibu hamil.
c. Penyuluhan tentang gizi seimbang di puskesmas dan posyandu-posyandu
D.Kerjasama dengan lintas sektoral baik ibu PKK, aparat desa, kecamatan maupun dinas terkait untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan ketahanan pangan, pemberian kartu KIS bagi PBI yang tepat sasaran, upaya pencegahan terjadinya pernikahan dini serta peningkatan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi terutama diare dan TBC
• Percepatan system rujukan untuk kasus gizi buruk dan kehamilan serta persalinan yang memerlukan tindakan rujukan.
3. Pencapaian :
• Setelah di lakukan intervensi di atas pada evaluasi program akhir tahun 2016 jumlah gizi buruk berkurang ditandai dengan peningkatan berat badan dan berkurangnya bayi dengan BGM dan BGM
• Angka kejadian BBLR berkurang
• Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi berkurang
• Angka kasus diare dan TBC berkurang
RESTINA SAPTARISA
BalasHapusNPM 5410013
FKM KELAS KHUSUS
HADIR..
Masalah gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sekampung,Kabupaten Lampung Timur masih ditemukan, anemia pada ibu hamil dan ada balita gizi buruk berumur 2,5 tahun, dengan disertai penyakit jantung bawaan. Kondisi ini selain karena penyakit bawaan, didukung keterbatasan ekonomi dan pengetahuan orang tua si balita tentang pentingnya gizi.Bahkan si balita sudah diberikan makanan pendamping ASI pada umur 2 bulan. Saat ini si balita masih dalam pengawasan para petugas Puskesmas.
Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang telah dilakukan antara lain :
• Posyandu, dengan penimbangan rutin setiap bulan, perkembangan balita dapat dipantau, serta banyak penyuluhan yang di dapat antara lain pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan.
• Kelas Ibu, pemberian tablet Fe di kelas ibu setiap poskesdes yang rutin dilakukan setiap bulan, untuk mencegah terjadinya anemia dan kekurangan gizi pada kehamilan. Di kelas ibu juga dilakukan praktek memasak mengolah makanan bergizi dan variatif untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
• Pemberan Vit. A setiap 6 bulan sekali
• Pemeriksaan ANC pada ibu hamil minimal 4 x selama kehamilan
• PKPR, Pemberian tablet Fe pada remaja putri siswi SMP dan SMA, untuk menghindari anemia sejak dini dan menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan pencegahan anemia
Pencapaian yang diperoleh saat ini, Penderita gizi buruk tidak bertambah, anemia pada ibu hamil dapat ditekan, kesadaran pada remaja putri sebagai calon ibu ditumbuhkan sejak dini tentang pentingnya menjaga kesehatan.
Dwi winda puspita sari
BalasHapusNpm. 16410038P
Hadir bu,,,
1. Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya yaitu Puskesmas Trimurjo Kab. Lampung Tengah yaitu Anemia pada ibu hamil, dimana terdapat sekitar 25 bumil yang masih dikategorikan anemia dari 320 jumlah seluruh ibu hamil.
2. Intervensi dari sudut pandang kesmas yang telah dilakukan sekarang :
a. Pemberian tablet Fe secara Dini pada tahap remaja yaitu pada siswi SMP dan SMA yang sudah mengalami menstruasi untuk pencegahan awal anemia.
b. Melakukan program pemeriksaan kehamilan / ANC minimal 4 kali ( 1 kali pada TM1, 1 kali pada TM II, dan 2 kali pada TM III) selama kehamilan.
c. Melakukan pemeriksaan ANC terpadu oleh tenaga kesehatan (bidan) yaitu 10 T pada ibu hamil di wilayah kerja yang berkaitan dengan penegakan diagnosis anemia yaitu pengukuran LILA dan pemeriksaan HB ibu hamil pada TM I dan pada TM III.
d. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya minum tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan untuk pencegahan anemia dan pencegahan perdarahan selama persalinan.
e. Melakukan pewangasan dan pemantauan melalui kegiatan home care atau kunjungan rumah untuk semua ibu hamil yg drop out (DO) ANC untuk pemeriksaan HB.
f. Bila di temukan bumil yg HB < 11 gr% pada pemeriksaan kehamilan TM I dan TM III, dilakukan pemantauan dan observasi HB setiap 2 minggu dengan pemberian tablet Fe di lanjutkan, di anjurkan banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat besi.
g. Setelah dilakukan intervensi HB mssih tetap rendah, maka ibu hamil di RUJUK ke faskes yang lebih tinggi atau rujuk ke dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut bahkan di lakukan transfusi darah jika HB sangat rendah.
3. Pencapaian :
1. Setelah di lakukan intervensi di atas pada evaluasi program akhir tahun 2016 dari ibu hamil yang di diagnosa anemia pada TM I berkurang.
2. Angka Kematian Ibu /AKI yg di akibatkan perdarahan saat persalinan dan perdarahan setelah persalinan juga menurun
3. Angka kejadian BBLR ikut menurun
4. Angka Kematian Bayi juga menurun
Dwi winda puspita sari
BalasHapusNpm. 16410038P
Hadir bu,,,
1. Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya yaitu Puskesmas Trimurjo Kab. Lampung Tengah yaitu Anemia pada ibu hamil, dimana terdapat sekitar 25 bumil yang masih dikategorikan anemia dari 320 jumlah seluruh ibu hamil.
2. Intervensi dari sudut pandang kesmas yang telah dilakukan sekarang :
a. Pemberian tablet Fe secara Dini pada tahap remaja yaitu pada siswi SMP dan SMA yang sudah mengalami menstruasi untuk pencegahan awal anemia.
b. Melakukan program pemeriksaan kehamilan / ANC minimal 4 kali ( 1 kali pada TM1, 1 kali pada TM II, dan 2 kali pada TM III) selama kehamilan.
c. Melakukan pemeriksaan ANC terpadu oleh tenaga kesehatan (bidan) yaitu 10 T pada ibu hamil di wilayah kerja yang berkaitan dengan penegakan diagnosis anemia yaitu pengukuran LILA dan pemeriksaan HB ibu hamil pada TM I dan pada TM III.
d. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya minum tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan untuk pencegahan anemia dan pencegahan perdarahan selama persalinan.
e. Melakukan pewangasan dan pemantauan melalui kegiatan home care atau kunjungan rumah untuk semua ibu hamil yg drop out (DO) ANC untuk pemeriksaan HB.
f. Bila di temukan bumil yg HB < 11 gr% pada pemeriksaan kehamilan TM I dan TM III, dilakukan pemantauan dan observasi HB setiap 2 minggu dengan pemberian tablet Fe di lanjutkan, di anjurkan banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat besi.
g. Setelah dilakukan intervensi HB mssih tetap rendah, maka ibu hamil di RUJUK ke faskes yang lebih tinggi atau rujuk ke dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut bahkan di lakukan transfusi darah jika HB sangat rendah.
3. Pencapaian :
1. Setelah di lakukan intervensi di atas pada evaluasi program akhir tahun 2016 dari ibu hamil yang di diagnosa anemia pada TM I berkurang.
2. Angka Kematian Ibu /AKI yg di akibatkan perdarahan saat persalinan dan perdarahan setelah persalinan juga menurun
3. Angka kejadian BBLR ikut menurun
4. Angka Kematian Bayi juga menurun
Nama: Nurhayati
BalasHapusNPM : 15410086
FKM Kelas Khusus
Hadir Bu..
Salah satu masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya, Puskesmas Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara adalah masalah Balita Gizi Kurang / Balita BGM ( Berat Badan di BawahGarisMerah).Pada Tahun 2016 ini, dari 2212 orang balita yang ada di wilayah kerja puskesmas ditemukan Balita Gizi Kurang sebanyak 35 orang Balita.
Penyebab langsungnya dari Makanan dan penyakit yang secara langsung dapat menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit
Sedangkan Penyebab tidak langsung, disebabkan oleh :
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.Kurangnya Pengetahuan Ibu tentang Pentingnya Asupan makanan yang bergizi bagi Balitanya. Pemberian Makanan Tambahan yang tidak sesuai umur, terlalu dini diberikan dan tidak sesuai baik umur maupun porsi makanannya.
Adapun Intervensi dari sudut pandang kesmas yang telah dilakukan selama ini dengan berbagai upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi kurang, mencakup kegiatan Penyuluhan, melaksanakan Pemantauan Status Gizi ( PSG ) di Posyandu setiap bulannya dan Pemberian Makanan Tambahan / PMT baik dengan PMT Penyuluhan maupun PMT Pemulihan.
Pencapaian :
* Setelah di lakukan intervensi di atas pada evaluasi program akhir tahun 2016 dari 35 Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah / Gizi Kurang diakhir program PMT terjadi kenaikan Berat Badan sehingga Balita Gizi Kurang menurun jumlahnya dan tidak sampai terjadi kasus Gizi Buruk .
Nurhayati
BalasHapusNpm 16410050P
Hadir
Nurhayati
BalasHapusNpm 16410050P
Hadir
Muhammad Ramdani
BalasHapus16410048P
Hadir
Rismala Dewi
BalasHapusNPM.16410056P
Hadir
Salah satu masalah gizi yang ada di wilayah kerja saya,Puskesmas Kota Dalam, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran baru - baru ini di temukan kasus gizi buruk yaitu balita berusia 2 Tahun berat badan 6kg dengan konflikasi TB, yang berdomisili di desa Suka mandi dimana status ekonomi dan kurang nya informasi kesehatan menjadi pendukung terjadi nya kasus gizi buruk.
Intervensi nya :
Kegiatan penanganan KEP meliputi program PMT yaitu upaya intervensi bagi balita yang menderita KEP untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita agar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat kondisinya.Terkait masalah gizi ini, asuhan keperawatan bertujuan memberikan bimbingan kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui kunjungan rumah dengan kesepakatan keluarga agar bisa dilaksanakan secara berkala, suplementasi gizi untuk jangka pendek.
kerjasama dengan lintas program yaitu promkes, TB, Kesling melakukan pembinaan dan inspeksi sanitasi di lingkungan perumahan
Pencapaian nya :
dengan Suplementasi gizi meliputi: pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru untuk bayi usia 6-1 1 bulan dosis 100.000 IU dan berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU); kapsul minyak beryodium, adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak, mengandung 200 mg yodium diberikan 1x dalam setahun.
hrsebutal ini dapat meningkatkan berat badan balita te
Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu: 1) Mengatasi dan mencegah hipoglikemia, 2) Mengatasi dan mencegah hipotermia, 3) Mengatasi dan mencegah dehidrasi, 4) Mengoreksi gangguan keseimbangan elektrolit, 5) mengobatai atau mencegah infeksi, 6) memulai pemberian makanan, 7) Fasilitasi tumbuh kejar (catch up growth), 8) koreksi defisiensi nutrien mikro, 9) melakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental, 10) siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh. Dalam proses pelayanan KEP berat atau gizi buruk terdapat tiga fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas dituntut terampil memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase
Desy Yuanita
BalasHapusNPM 16410034 P
Hadir Bu
Laela Fitrianih
BalasHapus16410044P
Hadir bu
Desy Yuanita
BalasHapusNpm 16410034 P
Hadir Bu
Masalah gizi disekitar hunian Tempat tinggal saya yang paling menonjol adalah Malnutrisi pada anak yang sekolah. Hal ini disebabkan rendahnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya asupan makanan bergizi seimbang untuk menunjang pertumbuhan anak sehingga anak mempunyai berat badan yang ideal.
Penanggulannyanya antara lain :
1. Menu disesuaikan dengan pola makan.
2. Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan pemberian makanan sumber zat besi yang berasal dari bahan makanan hewani karena lebih banyak diserap oleh tubuh daripada sumber makanan nabati.
3. Selain meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, juga perlu menambah makanan yang banyak mengandung vitamin C, seperti pepaya, jeruk, nanas, pisang hijau, sawo kecik, sukun, dll.
4. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit
5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi didaerah sekitar
6. Memberikan Penkes mengenai pentingnya gizi seimbang guna mencapai generasi sehat dan cerdas
Pencapaiannya : semakin berkurangnya jumlah anak2 yang terkenan malnutrisi/gizi buruk setelah dilakukan penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang
Keriyati
BalasHapusNPM: 16410043P
Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya yaitu di kelurahan Way Dadi baru kecamatan Sukarame, masih ditemukannya Balita dengan gizi buruk ( BGM)atau disebut KEP/ Kekurangan Energi Protein.
Intervensi yang sudah dilakukan untuk menangani masalah ini adalah :
-Melakukan pemantauan rutin terhadap balita KEP tiap bulan.
-Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan
-Melakukan konseling /kunjungan tentang MP-ASI kepada
orang tua balita KEP.
-Pemberian MP-ASI selama 90 hari.
-Melakukan penyuluhan rutin di posyandu
Pencapaiannya:
Dengan intervensi yang sudah diberikan oleh petugas diharapkan dapat menurunkan angka kekurangan gizi di kelurahan Way dadi Baru (dari 3 orang balita KEP menjadi 1 orang balita KEP di tahun 2016)
ANDRI SAPUTRA
BalasHapusNPM 16410027P
Hadir
NAMA : MARLINDA
BalasHapusNPM : 15410082
FKM Kelas Khusus
Hadir
1.Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya saat ini adalah masalah gizi kurang,Sudah dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi kurang. Tahun 2016 ini dari 2247 balita yang ada di puskesmas haji pemanggilan Kecamatan Anaktuha Kabupaten Lampung Tengah terdapat balita gizi kurang 48. Gizi merupakan faktor penting bagi kesehatan dan kecerdasan anak. Gizi penting bagi anak tidak hanya dimulai semenjak anak lahir, tetapi sejak dalam kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, cacat bawaan, dan melahirkan bayi dengan berat badan rendah yang dapat menyebabkan kelainan di masa mendatang. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dikandung oleh ibu yang kurang gizi banyak mengalami pertumbuhan otak dan tubuh yang buruk. Sel-sel otak dapat berkurang secara permanen.
2. Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi hasil pangan. Semua upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka ragam dan seimbang dalam mutu gizi.
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang di Puskesmas kami antara lain :
a) Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional
b) Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga
c) Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan
d) Peningkatan upaya keamanan panganan dan gizi
e) Peningkatan komuikasi, informasi dan edukasi dibidang pangan dan gizi masyarakat
f) Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu
g) Pemberian makanan tambahan (PMT)
h) Peningkatan kesehatan lingkungan
adapun pencapaiannya di wilayah kerja kami adanya penurunan kasus gizi kurang dari tahun ke tahun .dan peningkatan berat badan balita yang ada di wilayah puskesmas kami.
Nurhayati
BalasHapusNpm 16410050P
1. Masalah gizi yg masih byk di daerah Kab pesisir barat yaitu anemia pada ibu hamil di samping masalah gizi yg lain.
Anemia sering terjadi pd ibu hamil disebabkan beberapa faktor antara lain asupan makanan ibu hamil tidak memenuhi gizi seimbang ini terjadi pada awal kehamilan karena seorang ibu hamil mengalami masa emesis, pada masa ini makanan yg dikonsumsi tidak menjadi perhatian Khusus oleh ibu hamil tersebut. Faktor lain konsumsi fe kadang di abaikan oleh ibu hamil berbagai alasan yg disampaikan efek samping setelah minum tablet fe tersebut.
2. Intervensi kesmas selama ini yg sudah dilakukan:
- memberikan penyuluhan Khusus nya pd bumil melalui kegiatan posyandu, kelas ibu hamil.
- meningkatkan pegetahuan kader2 kesehatan melalui pelatihan maupun orientasi kader, kader kesehatan merupakan ujung tombak dari tenaga kesehatan.
3. Adanya Penurunan kasus anemia pd ibu hamil terlihat adanya peningkatan hb bumil yg Berkisar diatas 10 gr%.
Sigit Purbowo
BalasHapus16410061P
Hadir
1.Salah satu masalah gizi yang masih ditemukan di wilayah Kota Metro yaitu anemia pada ibu hamil. Anemia sering terjadi pada ibu hamil disebabkan beberapa faktor antara lain asupan makanan ibu hamil tidak memenuhi gizi seimbang ini terjadi pada awal kehamilan karena seorang ibu hamil mengalami masa emesis, pada masa ini makanan yg dikonsumsi tidak menjadi perhatian Khusus oleh ibu hamil tersebut. Faktor lain konsumsi fe kadang di abaikan oleh ibu hamil berbagai alasan yg disampaikan adanya efek samping setelah minum tablet fe tersebut. Tablet tambah darah (Fe) diberikan kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama periode kehamilannya.
2.Intervensi kesmas selama ini yg sudah dilakukan:
A.memberikan penyuluhan khusus nya pada ibu hamil melalui kegiatan posyandu dan kelas ibu hamil.
B.meningkatkan pegetahuan kader2 kesehatan melalui pelatihan maupun orientasi kader, kader kesehatan merupakan ujung tombak dari tenaga kesehatan.
C.Seksi Gizi dengan Instalasi Farmasi berkoordinasi menyediaan Tablet Fe , Vitamin A , Mineral Mix .
D.Seksi Gizi dengan Seksi KIA berkoordinasi melakukan ANC bersama untuk pendataan yang akurat terhadap setiap ibu hamil yang ada diwilayah kerja Puskesmas. Diharapkan dengan terdatanya semua ibu hamil yang ada maka pelayanan kesehatan akan lebih maksimal dilakukan.
Capaian yang didapat semakin baik adanya penurunan kasus anemia pada ibu hamil di kota metro, selain itu dengan adanya kerjasama dengan Instalasi Farmasi ketersediaan obat semakin tercukupi.
Atika sari
BalasHapusNpm.16410072p
Masalah gizi buruk ditempat kerja saya masih ada,pkm gunung sugih kab.lamteng di karena.kurangnya pengetahuan dan kepercayaan pada mitos seperti org hamil dan balita di larang makan ikan,telur karena kan pengetahuan yg sa.gay
Inim.
Gizi buruk biasanya terjd pada anak balita di bwh 5 th,dan ditambahkan oleh membusungnya perut gizi buruk dpt terpecahkan.berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak,juga kecerdasan anak.
Pada tingkaT yang lebih parah gizi buruk di kombinasikAn dengan perawatan yang buruk ,sanitasi yang buruk,dan munculnya penyKit2 seperti diare,tbc.
Dan gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
FRICILIA JANEVA
BalasHapusNPM : 16410041P
HADIR
Di lingkungan saya masih terdapat masalah anemia terutama pada ibu hamil dan menyusui. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor salah satunya yaitu kurang nya pengetahuan ibu tentang asupan gizi yang dibutuhkan selama masa hamil dan menyusui.
Intervensi yang dilakukan ialah :
1. Melakukan pengecekan Hb terhadap ibu hamil.
2. Melakukan penyuluhan tentang asupan gizi ibu hamil dan menyusui sesuai kebutuhan.
3. Memberikan dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet fe sesuai prosedur.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan ANC secara teratur pada tenaga kesehatan.
5. Memberi tahu ibu tentang bahaya anemia pada masa kehamilan dan menyusui.
Pencapaian yang didapatkan :
1. Masyarakat terutama ibu hamil dan menyusui mengerti tentang asupan gizi yang sesuai selama masa kehamilan dan menyusui.
2. Ibu mau mengkonsusmsi tablet fe sesuai prosedur guna mencegah dan menanggulangi anemia.
3. Ibu rutin melakukan ANC pada tenaga kesehatan.
4. Ibu mengerti tentang bahaya anemia pada masa kehamilan dan menyusui.
5. Menurunnya angka kasus ibu hamil dan menyusui yang terkena anemia.
Yuli Eka Susanti
BalasHapusNPM : 15410010
Hadir
Masalah Gizi di wilayah kerja Puskesmas Suko Binangun adalah masalah Balita Gizi kurang dan Ibu Hamil KEK, dengan angka Balita Gizi Kurang Sebanyak 24 balita dan Bumil KEK Sebanyak 3 Ibu hamil.
intervensi yang dilakukan secara sudut pandang Kesmas adalah dilakukan beberapa penyuluhan yang terkait dengan program perbaikan gizi masyarakat dalam mewujudkan status gizi masyarakat maupun institusi dalam rangka kemandirian, itelektualitas dan produktifitas sumber daya manusia, yang terkhusus pada balita gizi kurang dan Ibu Hamil KEK.
capaian yang diperoleh dari intervensi yang dilakuakan adalah secara keseluruhan angka perbaikan gizi Puskesmas Suko Binangun Mengalami Peningkatan yang lebih baik bila dibandingkan dari tahun 2015 yaitu pada angka N/D dan D/S yaitu 74% dan 74% dan tahun 2016 diperoleh N/D dan D/S yaitu 87,1% dan 77,3%. untuk Bumil KEK mengalami penurunan dari tahun 2015 yaitu sebanyak 9 ibu hamil dan tahun 2016 sebanyak 3 ibu hamil
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNOPRI DWI SAPUTRA
BalasHapusNPM.16410049P
FKM KONVERSI
Beberapa masalah gizi yang masih dijumpai di wilayah kerja sayaa dalah kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, dan anemia gizi besi.
pada tahun 2009 jumlah kasus gizi buruk sebanyak 6 orang dan menjadi peningkatan yang sangat tinggi pada tahun 2010 yaitu Profil Kesehatan Kota Metro Tahun 2013 28 kasus, dan menurun pada tahun 2011 sebanyak 3 orang dan tahun 2012 meningkat menjadi 7 kasus dan menurun lagi pada tahun 2013 menjadi 4 kasus.
Sedangkan jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) selama lima tahun cenderung berfluktuatif naik turun, namun dalam 3 tahun terakhir memperlihatkan kecenderungan naik yaitu menjadi 299 kasus pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 meningkat dengan 321 kasus, 2011 terdapat 343 kasus. Dan menurun pada tahun 2012 terdapat 245 kasus dan tahun 2013 meningkat menjadi 260 kasus. Kasus balita BGM perlu diwaspadai karena status BGM berpotensi untuk beralih ke status Gizi Buruk jika tidak mendapat penanganan yang memadai.
Hal hal yang sudah dilakukan
1. melakukan pemantauan terhadap status gizi secara berkala untuk mengetahui penyebab dan mencegah kasus gizi buruk melalui posyandu dan puskesmas
2. kegiatan pemberian tambahan makanan dan vitamin untuk meningkatkan gizi anak bayi dan balita.
3. Melakukan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang
4. Melakukan advokasi dengan SKPD terkait pencegahan dan penanganan kasus gizi buruk
5. Membentuk Tim terpadu pencegahan dan penanganan gizi buruk
Hasil Pencapaiannya
Dengan adanya intervensi diatas kasus gizi buruk pada bayi dan balita pada tahun 2015 mengalami penurunan
Nama : Eko Larasaty
BalasHapusNPM : 15410092
fkm kelas khusus
hadir
Salah satu masalah gizi yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung adalah Penyebab kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi Lampung tahun 2016 pada dua terbesar disebabkan oleh BBLR. Penyebab utama dari BBLR adalah ibu haml dengan anemia, oleh karena itu sangat penting dalam menangani anemia pada ibu hamil, agar pencegahan terhadap bayi dengan BBLR dapat terlaksana dengan baik.
1. Upaya peningkatan gizi ibu hamil khususnya dalam mencegah terjadinya anemia dilakukan dengan pemberian tablet besi pada ibu hamil. Tablet tambah darah (Fe) diberikan kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama periode kehamilannya.
2. Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang telah dilakukan antara lain :
a. Lintas Program:
- Seksi Gizi dengan Instalasi Farmasi (Puskemas pada Wialayah kerja Dinas Kesehatan Kab./Kota) : Untuk mennyediaan Tablet Fe , Vitamin A , Mineral Mix
- Seksi Gizi dengan Seksi KIA (Kab./Kota) : Melakukan ANC bersama untuk pendataan yang akurat terhadap setiap ibu hamil yang ada di Puskesmas diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kab./Kota. Diharapkan dengan terdatanya semua ibu hamil yang ada maka pelayanan kesehatan akan lebih maksimal dilakukan.
- Program BOK : Pendanaan program BOK dapat memberikan manfaat besar terhadap program dalam membantu penuntasan Anemia zat besi.
b.Lintas Sektor:
- Dinas Pendidikan , Kebudayaan , Pemuda dan Olah Raga
Dinas Kesehatan Prov. Lampung melaksanakan penyuluhan dan pemberian tablet tambah darah pada Remaja Putri di Sekolah sekolah . Pemberian Zat Besi/Tablet Tambah Darah dilaksanakan pada Remaja Putri di seluruh SLTP/ Sederajat dan SLTA / Sederajat . Adanya edaran resmi dari Kemenkes RI dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Lampung dalam program ini bertujuan meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai terjadinya stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dan produktif. Remaja Putri harus mengkonsumsi 1 tablet/minggu jadi selama setahun setiap remaja Putri mengkonsumsi 48 tablet tambah darah/zat besi.
3. Pencapaian:
- Terjalinnya kerjasama Lintas program maupun Lintas Sektor dalam penangan anemia pada Ibu hamil
- Cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil adalah 100 %
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Dwi LAraspeny
BalasHapusNPM : 15410091
fkm kelas khusus
hadir
MAsalah anemia bukan hanya dialami oleh ibu hamil, Anemia banyak dialami oleh remaja , terutama oleh remaja putri. Anemia pada remaja putri merupakan masalah gizi yang mempunyai dampak besar bagi kesehatan. Bukan hanya pada saat remaja namun pada saat proses pertumbuhan dan perkembangan.
I Upaya penanganan anemia pada remaja diantaranya dengan adanya program dari Pemerintah tentang pemberian tablet tambah darah pada remaja putri yaitu Remaja Putri harus mengkonsumsi 1 tablet/minggu jadi selama setahun setiap remaja Putri mengkonsumsi 48 tablet tambah darah/zat besi.
2. Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang telah dilakukan antara lain :
Lintas Program :
- Seksi Gizi dengan Instalasi Farmasi : Untuk mennyediaan Tablet Fe , Vitamin A , Mineral Mix .
- Program BOK : Pendanaan program BOK dapat memberikan manfaat besar terhadap program dalam membantu penuntasan Anemia zat besi.
Lintas Sektor :
- Dinas Pendidikan , Kebudayaan , Pemuda dan Olah Raga
Dinas Kesehatan Kota Metro melaksanakan penyuluhan dan pemberian tablet tambah darah pada Remaja Putri di Sekolah sekolah . Pemberian Zat Besi/Tablet Tambah Darah dilaksanakan pada Remaja Putri di seluruh SLTP/ Sederajat dan SLTA / Sederajat . Adanya edaran resmi dari Kemenkes RI dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Lampung dalam program ini bertujuan meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai terjadinya stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dan produktif. 3. Pencapaian :
- Capaian pemberian Tablet Tambah Darah / Zat Besi pada Remaja Putri ditahun 2016 ini adalah 85 % . Dengan adanya kerjasama lintas program ( Instalasi Farmasi ) diharapkan ketersediaan obat mencukupi untuk semua sasaran remaja putri dan kerjasama dengan lintas sektor ( Dinas Pendidikan , Kebudayaan , Pemuda dan Olah Raga) ini diharapkan dalam tahun-tahun berikutnya semua remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah ini.
Eka Surabina Tarigan
BalasHapusNPM : 16410065P
Masalah gizi yang ada di wilayah kerja kami, yaitu di puskesmas Brabasan kab Mesuji ,masih ditemukannya balita dengan kondisi gizi buruk dan gizi kurang, dimana pada beberapa kasus ditemukannya kasus tersebut
disebabkan oleh faktor kemiskinan,kurang pengetahuan orang tua tentang masalah gizi dan faktor penyakit bawaan sejak lahir.
Untuk intervensi dari susut pandang Kesmas dan juga program yang selama ini telah dijalankan, kegiatan Posyandu dan kegiatan lintas sektor dalam rangka mengatasi dampak negatif masalah kekurangan gizi, telah rutin dilakukan
Seperti,
1. Penimbangan Balita, Pengukuran lingkar kepala dan tinggi badan Balita di Posyandu
2. Pembagian MP ASI
3. Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan bumil
4. Penyuluhan tentang gizi seimbang, baik di Posyandu maupun di Puskesmas
5. Koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk mengidentifikasi masalah-masalah gizi yang ada diwilayah masing-masing
Untuk keseluruhan program tersebut diatas , hampir semuanya telah dilakukan sesuai jadwal.
Pencapaiannya yang bisa dilihat semakin baik,yaitu :
1. Balita dengan gejala gizi buruk dapat segera teridentifikasi dan dilakukan tindakan segera, karena keteribatan masyarakat yang tanggap terhadap masalah tersebut
2. Program MP ASI dan kegiatan lain di Posyandu berjalan dengan baik, dan bisa memonitor tumbuh kembang balita yang rutin datang ke posyandu,
3. Balita yang sering tidak datang ke Posyandu, dilakukan sweeping oleh kader kerumah masing masing
Yeni amira sari
BalasHapus16410063p
Hadir
Yeni amira sari
BalasHapus16410063p
Hadir
Masalah gizi dpuskesmas tiuh balak baradatu kabupaten waykanan.
Masalah yg sering tumbul pada balita dpuskesmas in adalah masalah gizi buruk yg masih dfokuskn olh puskesmas tersebut. Kurangnya informasi dri masyarakat dan rasa tidak ingin tahu.
Penanganan dri puskesmaa tiuh balak baradatu kotabumi:
1. Memberikan penyuluhan2 kpada masyarakat tntang kesehatan dan pntingnya gizi kkmpung2
2. Peninbangan berat badan bayi dan balita setiap bulanga
3. Pmberian imunisasi
4.Pemberian MP-ASI dri program pemerintah
Masalah gizi yang masih terjadi di lingkungan tempat tinggal saya antara lain masih adanya balita dengan gizi kurang / bawah garis merah. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena kurangnya pengetahuan serta kesadaran akan pentingnya gizi bagi pertumbuhan.
BalasHapusDinas Kesehatan Kabupaten sebagai pemangku kebijakan terkait dengan permasalah kesehatan mengambil langkah-langkah melalui UPT Puskesmas setempat dengan melakukan pemantauan gizi bagi bayi / balita, dengan melakukan penimbangan berat badan rutin setiap bulan yang dilakukan di Posyandu-posyandu, Pemberian MP-Asi, melaksanakan penyuluhan kesehatan, kegiatan imunisasi.
Dengan kegiatan tersebut diperoleh pencapaian yang cukup baik ditandai dengan berkurangnya kasus gizi kurang / bawah garis merah.
Nama : Rana Rahmatia
BalasHapusNpm : 16410053p
Masalah gizi di daerah Poskesdes Curup Guruh Lampung Utara yaitu gizi kurang, langkah yang telah dilakukan untuk memperbaiki masalah tersebut antara lain:
A. Penimbangan bayi balita setiap bulan
B. Pemberian PMT kepada bayi dan balita tersebut
C. Pengawasan untuk pemberian PMT supaya benar benar dikomsumsi oleh bayi atau balita kurang gizi
D. Pemberian bantuan untuk meningkatkan pendapatan orang tua dengan pemberian hewan ternak agar dapat dikembang biakan dan hasilnya diharapkan dapat dibelikan bahan makanan untuk si bayi dan balita tersebut.
E. Penyuluhan tentang gizi seimbang.
DWI KARTINI
BalasHapus16410037P
Masalah gizi dpuskesmas terdekat dri tempat tinggal saya adalah puskesmas kotabumi 2, lmpung utara. Yaitu kurangnya gizi pada balita yg terjadi akibat kurangnya informasi, keterbatasan ekonomi dan masih terdapat masalah anemia terutama pada ibu hamil dan menyusui. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor salah satunya yaitu kurang nya pengetahuan ibu tentang asupan gizi yang dibutuhkan selama masa hamil dan menyusui.
Penanganan terhadap masalah gizi yang dialami oleh balita gizi buruk tersebut adalah: - memberikan MP-asi - penimbangan balita secara berkala - dam memberikan informasi atau penyuluhan penyuluhan rutin setip bulannya tentang pntingnya kesehatan dan gizi baik bagi baliata. Untuk penanganan anemia dilakukan ialah : - Melakukan pengecekan Hb terhadap ibu hamil.
-Melakukan penyuluhan tentang asupan gizi ibu hamil dan menyusui sesuai kebutuhan.
-Memberikan dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet fe sesuai prosedur. -Menganjurkan ibu untuk melakukan ANC secara teratur pada tenaga kesehatan.
-Memberi tahu ibu tentang bahaya anemia pada masa kehamilan dan menyusui.
Pencapaian yang didapatkan :- Masyarakat terutama ibu hamil dan menyusui mengerti tentang asupan gizi yang sesuai selama masa kehamilan dan menyusui.
- Ibu mau mengkonsusmsi tablet fe sesuai prosedur guna mencegah dan menanggulangi anemia.
-Ibu rutin melakukan ANC pada tenaga kesehatan.
-Ibu mengerti tentang bahaya anemia pada masa kehamilan dan menyusui.
-Menurunnya angka kasus ibu hamil dan menyusui yang terkena anemia.
DWI KARTINI
BalasHapus16410037P
Masalah gizi dpuskesmas terdekat dri tempat tinggal saya adalah puskesmas kotabumi 2, lmpung utara. Yaitu kurangnya gizi pada balita yg terjadi akibat kurangnya informasi, keterbatasan ekonomi dan masih terdapat masalah anemia terutama pada ibu hamil dan menyusui. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor salah satunya yaitu kurang nya pengetahuan ibu tentang asupan gizi yang dibutuhkan selama masa hamil dan menyusui.
Penanganan terhadap masalah gizi yang dialami oleh balita gizi buruk tersebut adalah: - memberikan MP-asi - penimbangan balita secara berkala - dam memberikan informasi atau penyuluhan penyuluhan rutin setip bulannya tentang pntingnya kesehatan dan gizi baik bagi baliata. Untuk penanganan anemia dilakukan ialah : - Melakukan pengecekan Hb terhadap ibu hamil.
-Melakukan penyuluhan tentang asupan gizi ibu hamil dan menyusui sesuai kebutuhan.
-Memberikan dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet fe sesuai prosedur. -Menganjurkan ibu untuk melakukan ANC secara teratur pada tenaga kesehatan.
-Memberi tahu ibu tentang bahaya anemia pada masa kehamilan dan menyusui.
Pencapaian yang didapatkan :- Masyarakat terutama ibu hamil dan menyusui mengerti tentang asupan gizi yang sesuai selama masa kehamilan dan menyusui.
- Ibu mau mengkonsusmsi tablet fe sesuai prosedur guna mencegah dan menanggulangi anemia.
-Ibu rutin melakukan ANC pada tenaga kesehatan.
-Ibu mengerti tentang bahaya anemia pada masa kehamilan dan menyusui.
-Menurunnya angka kasus ibu hamil dan menyusui yang terkena anemia.
M Yulian Khadafi
BalasHapusNpm:16410047P
Masalah gizi diwilayah puskesmas saya antara lain adalah gizi kurang dan gizi buruk. Untuk melakukan pengintervensian telah dilakukan beberapa kegiatan untuk memperbaiki masalah tersebut antara lain:
1. Melakukan kegiatan UKBM pemantauan pertumbuhan balita seperti Posyandu
2.pemberian PMT penyuluhan dan pemulihan kepada balita yang memiliki masalah tersebut.
3. Pengawasan untuk pemberian PMT supaya benar benar dikomsumsi oleh balita
4. Melakukan kunjungan runah rutin guna memantau status gizi balita yg bermaslah tersebut
5. Penyuluhan tentang gizi seimbang
Pencapaian :
1.terdapat peningkatan status gizi dari balita tersebut
2.berkurangnya jumlah bayi atau balita gizi kurang dan buruk
3. Mingkatnya kesadaran ibu balita untuk lebih memperhatikan pola makan untuk balitanya agar kejadian kurang gizi atau pemberian makan yang salah pada balita dapat terhindarkan.
Muhammad Ramdani
BalasHapus16410048P
Masalah gizi yang masih terjadi di lingkungan tempat tinggal saya antara lain masih adanya masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang gizi. Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat yang paling erat kitannya dengan pembangunan lingkungan. Sementara ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, akan ditentukan oleh daya beli masyarakat terhadap pangan, ketahanan pangan dalam pembangunan pertanian menuntut kemampuan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pangan yang diperlukan dan juga menuntut kondisi yang memudahkan masyarakat memperolehnya dengan harga yang terjangkau khususnya bagi masyarakat lapisan bawah (sesuai daya beli masyarakat). Pada kenyataannya, beberapa produk pangan penting seperti beras dan gula, produksin dalam negeri dirasa masih kalah dengan produk impor karena tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Penyebab langsung kurang gizi adalah makanan anank dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Timbulnya kurang gizi karena makanan yang kurang tetapi bisa juga karna penyakit. Anak yang mendapatkan makanan yang cukup bayi, tetapi sering diserangdiare atau demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makan dengan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya (Imunisasi) dapat melemah.dalam kenyataan keduanya (makan dan penyakit) secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
MIRDALENA
BalasHapusNPM 16410069 P
Hadir
NAMA YANA RIANA
BalasHapus16410070.P
HADIR
1. Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya yaitu UPT Puskesmas krui pesisir barat yaitu Anemia pada ibu hamil, dimana terdapat sekitar 30 bumil yang masih dikategorikan anemia dari 320 jumlah seluruh ibu hamil.
2. Intervensi dari sudut pandang kesmas yang telah dilakukan sekarang :
a. Pemberian tablet Fe secara Dini pada tahap remaja yaitu pada siswi SMP dan SMA yang sudah mengalami menstruasi untuk pencegahan awal anemia.
b. Melakukan program pemeriksaan kehamilan atau :
ANC minimal 4 kali ( 1 kali pada TM1,
1 kali pada TM II
2 kali pada TM III) selama kehamilan.
c. Melakukan pemeriksaan ANC terpadu oleh tenaga kesehatan (bidan) yaitu:
10 T pada ibu hamil di wilayah kerja yang berkaitan dengan penegakan diagnosis anemia yaitu pengukuran LILA dan pemeriksaan HB ibu hamil pada TM I dan pada TM III.
d. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya minum tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan untuk pencegahan anemia dan pencegahan perdarahan selama persalinan.
e. Melakukan pewangasan dan pemantauan melalui kegiatan home care atau kunjungan rumah untuk semua ibu hamil yg drop out (DO) ANC untuk pemeriksaan HB.
f. Bila di temukan bumil yg HB < 11 gr% pada pemeriksaan kehamilan TM I dan TM III, dilakukan pemantauan dan observasi HB setiap 2 minggu dengan pemberian tablet Fe di lanjutkan, di anjurkan banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat besi.
g. Setelah dilakukan intervensi HB mssih tetap rendah, maka ibu hamil di RUJUK ke faskes yang lebih tinggi atau rujuk ke dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut bahkan di lakukan transfusi darah jika HB sangat rendah.
3. Pencapaian :
1. Setelah di lakukan intervensi di atas pada evaluasi program akhir tahun 2016 dari ibu hamil yang di diagnosa anemia pada TM I berkurang.
2. Angka Kematian Ibu /AKI yg di akibatkan perdarahan saat persalinan dan perdarahan setelah persalinan juga menurun
3. Angka kejadian BBLR ikut menurun
4. Angka Kematian Bayi juga menurun
Mirdalena
BalasHapusNpm 16410069 P
Hadir
Masalah gizi d wilayah kerja puskesmas kruk adalah:
1.Anemia pada ibu hamil
2.Bumil KEK
3 BBLR
4.Balita BGM
Upaya upaya yg sudah d lakukan adalah
1.Pelaksanaan posyandu secara rutin dimana kegiatan posyandu melakukan ANC pada ibu hamil dan screening untuk pemeriksaan kadar hb.dengan mengunakan format ANC terpadu. Pelaksanaan ANC terpadu di berlakukan pada setiap bumi baik yg pemeriksaan d posyandu,puskesmas dan Bidan praktek Mandiri,sehingga Bugil dgn Resiko dapat cepat terpantau dan d tangani. Bersamaan kegiatan posyandu d lakukan hg kegiatan klas ibu d setiap posyandu.Untuk puskesmas kruk ada 30 posyandu dan 30 Klas ibu yg d laksanakan setiap bulan. Kemudian d laksanakanjg kegiatan klas ibu d puskesmas sebagai rujukan pelaksanaan klas ibu di desa.Di mana kegiatan klas ibu tsb d laksanakan selama 3.hari di bagi untuk 3 kecamatan.
Pemberian fe pada bumil berikan sebanyak 90 table,selama hamil.Untuk bugil yg Anemia berat d Rujuk ke RSUD Liwa untuk d lakukan transfusi.
2.Pemantauan bumil KEK d berikan PMT Pemulihan di mana kenaikan dan berat badan serta hb bumil d pantau sampai persalinan.
3.BBLR pada kasus kasus BBLR d lakukan perawatan kuis dgn menggunakan metode kanguru serta mengajarkan pada keluarga tentang perawatan untuk bayi BBLR. Serta d pantau secara ketat asupan ASI/PASI dan kenaikan berat badan sampai mencapai berat badan normal.
Selain kegiatan2.d atas di lakukan hg kegiatan penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A. Distribusi pemberian vitamin A pd bayi 6 bln ke atas dan anak balita 1 sampai 5 tahun yg d berikan pada bulan februari dan agustus,ng d berikan obat cacing.Untuk ibu nifas d berikan 2 kapsul selama masa nifas.
Pada pasien campak balita d berikan vitamin A 200.000 IU.
4.Untuk balita BGM d lakukan pemantauan dan home bisrie untuk pemantauan kenaikan berat badan dan tinggi badan.selain di berikan PMT berupa biskuit.
Pencapaian evaluasi untuk tahun 2016 terjadi penurunan sekitar 10 % kasus bugil dgn anemia.dan penurunan dari 8 kasus BBLR menjadi 4 kasus d th 2016 dgn berat badan jadi normal.
Ayu Nuryatama
BalasHapus16410030P
Hadir
Masalah gizi yang ada di wilayah kerja kami, yaitu di puskesmas Hanura Pesawaran,masih ditemukannya balita dengan kondisi gizi buruk, dimana pada beberapa kasus , ditemukannya kasus tersebut berasal dari penduduk pendatang yang mengontrak rumah di wilayah binaan puskesmas
Untuk intervensi dari susut pandang Kesmas dan juga program yang selama ini telah dijalankan, kegiatan Posyandu dan kegiatan lintas sektor dalam rangka mengatasi dampak negatif masalah kekurangan gizi, telah rutin dilakukan
Seperti,
1. Penimbangan Balita, Pengukuran lingkar kepala dan tinggi badan Balita di Posyandu
2. Pembagian MP ASI
3. Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan bumil
4. Penyuluhan tentang gizi seimbang, baik di Posyandu maupun di Puskesmas
5. Koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk mengidentifikasi masalah-masalah gizi yang ada diwilayah masing-masing
Masalah gizi yang ada di wilayah kerja kami, yaitu di puskesmas Hanura Pesawaran masih ditemukannya balita dengan kondisi gizi buruk, dimana pada beberapa kasus , ditemukannya kasus tersebut berasal dari penduduk pendatang yang mengontrak rumah di wilayah binaan puskesmas
Untuk intervensi dari susut pandang Kesmas dan juga program yang selama ini telah dijalankan, kegiatan Posyandu dan kegiatan lintas sektor dalam rangka mengatasi dampak negatif masalah kekurangan gizi, telah rutin dilakukan
Seperti,
1. Penimbangan Balita, Pengukuran lingkar kepala dan tinggi badan Balita di Posyandu
2. Pembagian MP ASI
3. Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan bumil
4. Penyuluhan tentang gizi seimbang, baik di Posyandu maupun di Puskesmas
5. Koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk mengidentifikasi masalah-masalah gizi yang ada diwilayah masing-masing
Permasalah gizi yang masih ada di wilayah kerja kami yaitu dikelurahan Purwosari Metro Utara adalah masih adanya kasus bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram. Dari data yang ada kasus BBLR yang terjadi di wilayah kerja kelurahan purwosari ada sebanyak 15 kasus pada tahun 2016 ini. Permasalahan kasus BBLR ini menggambarkan status gizi pada bayi baru lahir rendah menunjukan bahwa bayi dalam kandungan gizinya kurang yang dapat disebabkan karena asupan gizi sewaktu hamil kurang, adanya penyakit bawaan dll.
BalasHapusPengawasan yang perlu dilakukan dalam sudut pandang Kesmas?
Adanya kasus BBLR ini, kemungkinan minimnya pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang pada ibu hamil serta tambahan makanan bergizi seperti susu pada ibu hamil. Sehingga langkah yang dilakukan tenaga kesehatan masyarakat yaitu dengan melakukan penyuluhan kesehatan tenang makanan bergizi bagi ibu-ibu hamil yang dilakukan di posyandu-posyandu dan pertemuan masyarakt mandiri. Selain itu dilakukan juga pengawasan ibu hamil dengan seksama dan teratur, selain itu Meningkatkan pengertian keluarga berencana internal.
Lusi Delvia
BalasHapusNPM : 16410045P
Hadir
Masalah yang dihadapi di puskesmas Batu Brak kab.Lampung Barat, masih ditemukannya balita dengan kondisi gizi buruk dan gizi kurang, dimana pada beberapa kasus ditemukannya kasus tersebut
disebabkan oleh faktor kemiskinan,kurang pengetahuan orang tua tentang masalah gizi dan faktor penyakit bawaan sejak lahir.
Untuk intervensi dari susut pandang Kesmas dan juga program yang selama ini telah dijalankan, kegiatan Posyandu dan kegiatan lintas sektor dalam rangka mengatasi dampak negatif masalah kekurangan gizi, telah rutin dilakukan
Seperti :
1. Penimbangan Balita, Pengukuran lingkar kepala dan tinggi badan Balita di Posyandu
2. Pembagian MP ASI
3. Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan bumil
4. Penyuluhan tentang gizi seimbang, baik di Posyandu maupun di Puskesmas
5. Koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk mengidentifikasi masalah-masalah gizi yang ada diwilayah masing-masing
Untuk keseluruhan program tersebut diatas , hampir semuanya telah dilakukan sesuai jadwal.
Pencapaiannya yang bisa dilihat semakin baik,yaitu :
1. Balita dengan gejala gizi buruk dapat segera teridentifikasi dan dilakukan tindakan segera, karena keteribatan masyarakat yang tanggap terhadap masalah tersebut
2. Program MP ASI dan kegiatan lain di Posyandu berjalan dengan baik, dan bisa memonitor tumbuh kembang balita yang rutin datang ke posyandu,
3. Balita yang sering tidak datang ke Posyandu, dilakukan sweeping oleh kader kerumah masing masing
Cindy silvana
BalasHapus16410068P
Hadir....
-salah satu masalah gizi ditempat saya bekerja,puskesmas batu brak kabupaten lampung barat yaitu...
Masalah gizi buruk ditempat kerja saya masih ada,pkm gunung sugih kab.lamteng di karena.kurangnya pengetahuan dan kepercayaan pada mitos seperti org hamil dan balita di larang makan ikan,telur karena kan pengetahuan yg sangat minim.
Gizi buruk biasanya terjd pada anak balita di bwh 5 th,dan ditambahkan oleh membusungnya perut gizi buruk dpt terpecahkan.berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak,juga kecerdasan anak.
Pada tingkaT yang lebih parah gizi buruk di kombinasikAn dengan perawatan yang buruk ,sanitasi yang buruk,dan munculnya penyKit2 seperti diare,tbc.
Dan gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
- Intervensi yang dilakukan ialah :
1. Melakukan pengecekan Hb terhadap ibu hamil.
2. Melakukan penyuluhan tentang asupan gizi ibu hamil dan menyusui sesuai kebutuhan.
3. Memberikan dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet fe sesuai prosedur.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan ANC secara teratur pada tenaga kesehatan.
5. Memberi tahu ibu tentang bahaya anemia pada masa kehamilan dan menyusui.
Pencapaian yang didapatkan :
1. Masyarakat terutama ibu hamil dan menyusui mengerti tentang asupan gizi yang sesuai selama masa kehamilan dan menyusui.
2. Ibu mau mengkonsusmsi tablet fe sesuai prosedur guna mencegah dan menanggulangi anemia.
3. Ibu rutin melakukan ANC pada tenaga kesehatan.
4. Ibu mengerti tentang bahaya anemia pada masa kehamilan dan menyusui.
5. Menurunnya angka kasus ibu hamil dan menyusui yang terkena anemia.
Winarsih
BalasHapusNpm 15410085
FKM kelas khusus
Hadir
Masalah gizi di rumah sakit adalah
Ada sekitar 20% penderita mengalami ganguan gizi, 15% ganguan gizi intragenik atau hospital induced malnutrion yaitu antara lain
1. Kebutuhan gizi karena ketabolisme defesiensi zat gizi
2. Karena anoreksia, tidak bisa makan, tidak boleh makan karena penyakitnya
Hal tersebut di atas di sebabkan
1 linkungan yg berbeda antara di rumah
Dan di rumah sakit
2. Kebiasaan makan yang berbeda dari
Tata cara, waktu,cita rasa, jumlah
Jenis dan pantangan makanan
Intervensi yg di lakukan di rumah sakit adalah
Pemberian pelayanan gizi sesuai dgn keadaan pasien yaitu keadaan klinis status gizi, status metabolisme tubuh yg mempengaruhi proses penyembuhan
Pelayanan gizi di lakukan oleh tim rumah sakit yaitu
Ahli gizi, dokter, perawat, ahli farmasi dan tenaga kesehatan lainnya
Pemberian Penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS)
Penyuluhan dr petugas rumah sakit kw pasien atau kelurga pasien
Konseling gizi
Memberikan pelayanan ke pasien dan keluarganya untuk mencari solusi masalah gizinya , tentang asupan makanan, jenis diet ,waktu cara, dll
Pencapain dari palayan gizi pasien ini adalah
1. Optimalisasi status gizi pasien
2. Asupan makanan 80% tercapai
3. Pasien memahami diet
4. Mempercepat masa penyebuhan
BalasHapusDi wilayah kerja saya masih terdapat masalah gizi terutama gizi buruk pada bayi/balita, ini dikarenakan asupan gizi yang kurang dan kebutuhan pangan yang susah untuk didapatkan bagi sebagian kalangan.
Intervensi yang dilakukan ialah :
1. Menyatukan tujuan, kebijakan, dan strategi berkaitan dengan gizi dalam pengembangan kebijakan dan program pembangunan nasional
2. Meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga
3. Mempromosikan ASI dan makanan pendamping ASI
4. Mencegah masalah kurang zat gizi mikro
5. Mempromosikan gizi seimbang dan hidup sehat
Pencapaian yang didapatkan :
1. Menghilangkan kelaparan dan kematian akibat kelaparan
2. Menghilangkan berbagai jenis kelaparan dan penyakit yang berhubungan dengan kurang gizi
3. Mengurangi kurang gizi, terutama pada bayi dan balita
4. Mengurangi masalah kurang gizi mikro lainnya, termasuk zat besi
5. Mengurangi berbagai masalah dalam penggunaan ASI.
Winarsih
BalasHapusNpm 15410085
FKM kelas khusus
Hadir
Masalah gizi di rumah sakit adalah
Ada sekitar 20% penderita mengalami ganguan gizi, 15% ganguan gizi intragenik atau hospital induced malnutrion yaitu antara lain
1. Kebutuhan gizi karena ketabolisme defesiensi zat gizi
2. Karena anoreksia, tidak bisa makan, tidak boleh makan karena penyakitnya
Hal tersebut di atas di sebabkan
1 linkungan yg berbeda antara di rumah
Dan di rumah sakit
2. Kebiasaan makan yang berbeda dari
Tata cara, waktu,cita rasa, jumlah
Jenis dan pantangan makanan
Intervensi yg di lakukan di rumah sakit adalah
Pemberian pelayanan gizi sesuai dgn keadaan pasien yaitu keadaan klinis status gizi, status metabolisme tubuh yg mempengaruhi proses penyembuhan
Pelayanan gizi di lakukan oleh tim rumah sakit yaitu
Ahli gizi, dokter, perawat, ahli farmasi dan tenaga kesehatan lainnya
Pemberian Penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS)
Penyuluhan dr petugas rumah sakit kw pasien atau kelurga pasien
Konseling gizi
Memberikan pelayanan ke pasien dan keluarganya untuk mencari solusi masalah gizinya , tentang asupan makanan, jenis diet ,waktu cara, dll
Pencapain dari palayan gizi pasien ini adalah
1. Optimalisasi status gizi pasien
2. Asupan makanan 80% tercapai
3. Pasien memahami diet
4. Mempercepat masa penyebuhan
ANDRI SAPUTRA
BalasHapusNPM 16410027P
Masalah Gizi yang ada di wilayah kerja saya RSUD A.Yani Metro adalah Anemia Defisiensi Zat Besi. Pada dasarnya Peran rumah sakit adalah fungsi kuratif / Pengobatan. Namun selama perawatan dilakukan peran untuk pengobatan penyakit dan perbaikan gizi dengan penatalaksanaan gizi / konseling gizi oleh Tenaga Gizi Rumah Sakit. Selain itu untuk pasien yang selesai dirawat akan di rujuk balik ke Puskesmas sehingga diharapkan akan dipantau oleh Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Kasus Anemia Defesiensi Zat Besi Pada tahun 2015 terdapat 17 kasus pasien rawat inap, sedangkan pada tahun 2016 terdapat 14 kasus pasien rawat inap.
Intervensi dari sudut pandang Kesmas yang telah dilakukan antara lain :
- Melakukan koordinasi rutin ke Dinas Kesehatan dengan pelaporan rutin.
- Setiap pasien yang selesai dirawat akan di rujuk balik ke Puskesmas sehingga diharapkan akan dipantau oleh Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
- Adanya pe Penyuluhan tentang gizi seimbang,
- Adanya mesia promosi kesehatan melalui leaflet tentang gizi dan anemia defesiensi zat besi.
Nama : I Ketut Wijana
BalasHapusNPM : 15410009
FKM : Klas Khusus semester III
Masalah gizi yang masih ditemukan di wilayah Puskesmas Braja Caka antara lain
1.anemia pada ibu hamil.
Anemia sering terjadi pada ibu hamil disebabkan beberapa faktor antara lain asupan makanan ibu hamil tidak memenuhi gizi seimbang ini terjadi pada awal kehamilan karena seorang ibu hamil mengalami masa emesis, pada masa ini makanan yg dikonsumsi tidak menjadi perhatian Khusus oleh ibu hamil tersebut. Faktor lain konsumsi fe kadang di abaikan oleh ibu hamil berbagai alasan yg disampaikan adanya efek samping setelah minum tablet fe tersebut. Tablet tambah darah (Fe) diberikan kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama periode kehamilannya.
2. Masih ditemukanya Gizy buruk pada anak balita ( dibawah garis merah pada KMS }
Hal ini sering terjadi karena faktor sosial ekonomi disamping masalah pengetahuaan dari orang tua balita yang belum memahami tentang gizi yang baik untuk anak balita .
Intervensi kesmas selama ini yg sudah dilakukan di Puskesmas Braja Caka antara lain :
A.memberikan penyuluhan khusus nya pada ibu hamil melalui kegiatan posyandu dan kelas ibu hamil.
B.Melakukan penyuluhan di pos yandu tentang Gizi yang baik pada anak Balita pada Ibu – Ibu yang memiliki anak balita
C.meningkatkan pegetahuan kader2 kesehatan melalui pelatihan maupun orientasi kader, kader kesehatan merupakan ujung tombak dari tenaga kesehatan.
D. Puskesmas menyediaan Tablet Fe , Vitamin A .
Capaian yang telah didapatkan di puskesmas Braja Caka setelah melakukan intervensi adalah terjadi penurunan jumlah Anemia pada ibu hamil dari 6 ibu hamil tahun 2015 menjadi 3 ibu hamil ditahun 2016 begitu pula pada jumlah gizi buruk atau dibawah garis merah pada balita terjadi penurunan tahun 2016 ini .
Nama : Eka Kurniasih
BalasHapusNPM. : 15410015
hadir
Nama : Eka Kurniasih
BalasHapusNPM : 15410015
hadir
Masalah gizi yang masih ada di wilayah kerja saya, Puskesmas Mulyojati Kota Metro adalah masalah Balita Gizi Kurang dimana hal tersebut timbul tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
BalasHapusPenyebab lain yang secara tidak langsung dapat menimbulkan status gizi kurang pada balita adalah
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.Kurangnya Pengetahuan Ibu tentang Pentingnya Asupan makanan yang bergizi bagi Balitanya. Pemberian Makanan Tambahan yang tidak sesuai umur, terlalu dini diberikan dan tidak sesuai baik umur maupun porsi makanannya.
2.Intervensi dari sudut pandang kesmas yang telah dilakukan selama ini yaitu melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi kurang, mencakup kegiatan Penyuluhan, melaksanakan Pemantauan Status Gizi ( PSG ) di Posyandu setiap bulannya dan Pemberian Makanan Tambahan / PMT baik dengan PMT Penyuluhan maupun PMT Pemulihan.
3.Pencapaian hasil dari evaluasi program gizi Puskesmas Mulyojati untuk tahun 2016 adalah tidak ditemukan kasus gizi buruk diwilayah Puskesmas dan angka gizi kurang menurun
nama : lilis suryani
BalasHapusnpm : 15410044
fkm kelas khusus
hadir
Masalah gizi yang ada di wilayah kerja kami, yaitu di puskesmas tebu lampung barat, masih ditemukannya balita dengan kondisi gizi buruk dan gizi kurang.
disebabkan oleh faktor kemiskinan,kurang pengetahuan orang tua, tentang masalah gizi dan faktor penyakit bawaan sejak lahir.
dari sudut pandang Kesmas yang selama ini telah dijalankan, kegiatan Posyandu dan kegiatan lintas sektor dalam rangka mengatasi dampak negatif masalah kekurangan gizi, telah rutin dilakukan
Seperti,
1. Penimbangan Balita, Pengukuran lingkar kepala dan tinggi badan Balita di Posyandu
2. Pembagian MP ASI
3. Pembagian tablet tambah darah bagi remaja dan bumil
4. Penyuluhan tentang gizi seimbang, baik di Posyandu maupun di Puskesmas
5. Koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk mengidentifikasi masalah-masalah gizi yang ada diwilayah masing-masing
Untuk keseluruhan program tersebut diatas , hampir semuanya telah dilakukan sesuai jadwal.
Pencapaiannya yang bisa dilihat semakin baik,yaitu :
1. Balita dengan gejala gizi buruk dapat segera teridentifikasi dan dilakukan tindakan segera, karena keteribatan masyarakat yang tanggap terhadap masalah tersebut
2. Program MP ASI dan kegiatan lain di Posyandu berjalan dengan baik, dan bisa memonitor tumbuh kembang balita yang rutin datang ke posyandu,
3. Balita yang sering tidak datang ke Posyandu, dilakukan sweeping oleh kader kerumah masing masing